Kamis, 02 Juni 2011

Sejarah Kerajaan Usman di Turki

SEJARAH KERAJAAN USMAN di TURKI
oleh: Zainur Rahman

A.    Awal Mula Terbentuknya Kerajaan Turki Ustmani
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghus yang mendiamai daerah mongol dan daerah utara negeri Cina[1], mereka hidup secara nomaden (berpindah-pindah dari Turkistan, Persia dan irak dalam jangka waktu 3 abad [2]). Bangsa ini mulai masuk islam sejak abad kesembilan dan kesepuluh ketika mereka mulai menetap di Asia  Tengah.
Pada abad ke-13 bangsa Turki ini mulai dapat tekanan serangan dari bangsa mongol. di bawah pimpinan Chengis Khan[3]. sehingga Pemimpin suku yang bernama Sulaiman Syah, mengajak anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol tersebut, dan mereka melarikan diri ke arah barat[4]. Mereka bermukim di Asia kecil.[5]
Setelah serangan bangsa mongol mulai reda, mereka terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok yang pertama (dua anak yang petama; Shunkur, Gundogdur[6]) ingin pulang ke negeri asalnya, sedangkan kelompok yang kedua (dua anak yang terakhir; Al-thugril, Dun Dar) meneruskan perantauannya di wilayah Asia Kecil. [7]
Kedua anak Sulaiman yang masih tinggal di Asia kecil, mengabdikan diri kepada  Sultan saljuk yang bernama Sultan Alaudin di Kunia. Pada saat itu terjadi perang antara Sultan Seljuk dengan bizantium. Dan berkat bantuan Al-thugril Sultan Alauddin mendapat kemenangan.[8] Sebagai balas jasa Alaudin memberikan daerah Iski Shahr dan sekitarnya kepada Al-Thugril, Al-thugril mendirikan Ibu Kota yang bernama Sungut.[9](dalam buku Sejarah Peradaban islam, Syukud).
Disanalah lahir putranya yang pertama yaitu Usman pada 1258 M.[10] dia mengasuh anaknya hingga dewasa. Al-thugril meninggal dunia pada tahun 1289 M.[11]. Kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya, Usman. Sebagaimana ayahnya, dia juga banyak berjasa kepada sultan Alauddin.
Pada Abad ke 13, bangsa mongol menyerang kerajaan Seljuk dan sultan Alauddin terbunuh.[12] Anaknya Ghyizas Al-Din yang menggantikan juga terbunuh oleh Tentara Mongol.[13]
Maka pada saat inilah terjadi kekosongan kekuasaan dan menyebabkan perpecahan[14]. Melihat keadaan ini Usman menyatakan Kemerdekaan dan mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga Usman) Pada 669 H, dengan demikian, Usman berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Maka sejak itulah kerajaan ustmani dinyatakan berdiri.[15]
B.     Masa Pemerintahan Turki Ustmani
Masa kepemerintahan Turki Ustmani disini berlangsung cukup lama. Sekitar 643 tahun. Yaitu sejak tahun 1281 hingga 1924 M. Kerajaan ini dipimpin oleh kurang lebih 41 Penguasa. Namun penulis hanyalah ingin memaparkan 19 penguasa yang menurut penulis, sangatlah menonjol, Antara lain:

            1.  Masa Pemerintahan Ustman (1290 – 1326 M)
Pada masa pemerintahan Usman mulai melakukan ekspansi wilayah. setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M, yang kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan[16].
             2.  Masa Pemerintahan Orkhan (726 H/1326M¬ – 761 H/1359M)
Pada masa pemerintahan Orkhan, Kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukkan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330M), Uskandar (1338M), Ankara (1354M), dan Gallipoli (1356M)[17]. Daerah ini adalah bagian benua Eropa yang pertamakali diduduki kerajaan Usmani.[18]
Faktor penting yang mendukung keberhasilan ekspansi adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan di mana saja.[19]
Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa. Ketika itu, pasukan tempur yang besar sudah terorganisasi. Pengorganisasian yang baik, taktik dan strategi tempur militer Usmani berlangsung tanpa halangan berarti. Namun, tidak lama setelah kemenangan tercapai, kekuatan militer yang besar ini dilanda kekisruhan. Kesadaran prajuritnya menurun. Mereka merasa dirinya sebagai pemimpin-pemimpin yang berhak menerima gaji. Akan tetapi keadaan tersebut segera dapat diatasi oleh Orkhan dengan jalan mengadakan perombakan besar-besaran dalam tubuh militer.[20]
Pembaruan dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan, tidak hanya dalam bentuk mutasi personil-personil pimpinan, tetapi juga diadakan perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukkan negeri-negeri non muslim.[21]
Di samping Jenissari, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang dikirim kepada pemerintah pusat. Pasukan ini disebut tentara atau kelompok militer Thaujiah. Angkatan laut pun dibenahi, karena ia mempunyai peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani.[22]
                 
                           3.  Masa Pemerintahan Murad I (761 H/1359 M –¬ 789 H/1389 M)
Ketika Murad I, pengganti Orkhan, berkuasa, selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke Benua Eropa. Ia dapat menaklukkan Adrianopel (yang kemudian dijadikannya sebagai ibu kota kerajaan yang baru), Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman, raja Hongaria.[23]

              4.   Masa Pemerintahan Bayazid I (1389 - 1403 M)
Sultan Bayazid I, pengganti Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut.[24] Peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat Islam.
Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi diarahkan ke Konstantinopel, tentara Mongol yang dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M. Tentara Turki Usmani mengalami kekalahan. Bayazid bersama puteranya Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M[25]
Kekalahan bayazid ini berakibat buruk. Banyak kerajaan kecil di wilayah kekuasaan Turki Ustmain melepskan diri dan menyatakan merdeka. Selain itu juga putera-putera bayazid berebut kekuasaan. Hal ini berakhir setelah Sultan Muhammad I berkuasa[26].
5.                        
            5.   Masa Pemerintahan Muhammad I (1403 -1421 M)
Pada Awal kepemimpinannya, suasana Turki Ustmani memburuk. Namun hal ini bisa diatasi. Setelah Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M, kesultanan Mongol pecah dan dibagi-bagi kepada putera-puteranya satu sama lain saling berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan oleh penguasa Turki Usmani untuk melepaskan diri dari kekuasaan Mongol. Sultan Muhammad berusaha keras menyatukan negaranya dan mengembalikan kekuatan dan kekuasaan seperti sediakala. Ia mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakan dasar keamanan dalam negeri. [27]


6.      Masa Pemerintahan Murad II (1421 – 1451 M)
Pada masa kepemerintahan Murad II, ia melanjutkan usaha-usaha perbaikan yang dilakukan Muhammad, yaitu mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negeri.[28]
                          7.   Masa Pemerintahan Muhammad al-Fatih (1451 – 1484 M)
Pada masa inilah Kerajaan Turki Ustmani mencapai punjak kemajuan. Sultan Muhammad al-Fatih dapat mengalahkan Byzantium dan menaklukkan Konstantinopel tahun 1453 M. Atas Prestasi yang dicapainya ini, Muhammad mendapat gelar al-Fatih.[29] Selain gelar tersebut, ia juga mendapat gelar sebagai Ghaji (pejuang agama), namun selain gelar tersebut, penguasa-penguasa Usmani juga menggunakan gelar sebagai “Penyelamat dua kota suci” dan sebagai “pelindung Syariah”. [30]
Dengan terbukanya Konstantinopel sebagai benteng pertahanan terkuat Kerajaan Byzantium, lebih mudahlah arus ekspansi Turki Usmani ke Benua Eropa.[31]

               8.   Masa Pemerintahan Sultan Bayazid II (1481 – 1512)
Pada masa pemerintahan ini, terjadi penaklukan atas Balkan yang membuka tumbuhnya perang dunia melawan Eropa, Kerajaan Usmanicenderung bersekutu dengan Prancis. UsmainiMenghalangi imperium Hasburg di Spanyol, Netherland, Austria, Hongaria dan Kerajaan Turki menerobos ke Danube dan menguasai beberapa Gubernur di Romawi.[32]

               9.  Masa Pemerintahan Salim I (1512 – 1520 M)
Ketika Sultan Salim I naik tahta, ia mengalihkan perhatian ke arah timur dengan menaklukkan Persia, Syria dan dinasti Mamalik di Mesir.[33]

        10.  Masa Pemerintahan Sulaiman al-Qanuni (1520 – 1566 M)
Usaha Sultan Salim I ini dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qanuni. Ia tidak mengarahkan ekspansinya ke salah satu arah timur atau barat, tetapi seluruh wilayah yang berada di sekitar Turki Usmani merupakan obyek yang menggoda hatinya. Sulaiman berhasil menundukkan Irak, Belgrado, Pulau Rodhes, Tunis, Budapest, dan Yaman. Dengan demikian, luas wilayah Turki usmani pada masa Sultan Sulaiman al-Qanuni mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika; Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.[34]
Pada abad ke-16 angkatan laut Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya. Kekuatan militer Turki Usmani yang tangguh itu dengan cepat dapat menguasai wilayah yang amat luas, baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang mendorong kemajuan di lapangan kemiliteran ini ialah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, berdisiplin,dan patuh terhadap peraturan. Tabiat ini merupakan tabiat alami yang mereka warisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah.[35]
Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas, sultan-sultan Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadr al-a’zham (perdana menteri), yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang Al-zanaziq atau Al-’alawiyah (Bupati).[36]
Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I disusun sebuah kitab undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, di ujung namanya ditambah gelar al-Qanuni.[37]
Pada masa Sulaiman ini di kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum. Disebutkan bahwa buah dari bangunan itu dibangun di bawah koordinator Sinan,seorang arsitek asal Anatolia.[38]
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan, mereka kelihatan tidak begitu menonjol.[39]
Bangsa Turki juga banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan mesjid yang indah, seperti Masjid Al-Muhammadi atau Mesjid Jami’ Sultan Muhammad Al-fatih, Mesjid Agung Sulaiman dan Mesjid Abi Ayyub al-Anshari. Mesjid-mesjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah. Salah satu mesjid yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya adalah mesjid yang asalnya gereja Aya Sopia. Hiasan kaligrafi itu, dijadikan penutup gambar-gambar Kristiani yang ada sebelumnya.[40]

               11.  Masa Pemerintahan Salim II (1566 – 1574 M)
Setelah Sultan Sulaiman al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki Usmani mulai memasuki fase kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman al-Qanuni diganti oleh Salim II. Pada tahun 1571 terjadi terjadi perang lepanto[41] yaitu pertempuran antara armada laut Kerajaan Usmani dengan armada laut Kristen yang terdiri dari angkatan laut Spanyol, angkatan laut Bundukia, angkatan laut Sri Paus, dan sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol. Pertempuran itu terjadi di Selat Liponto (Yunani). Dalam pertempuran ini Turki Usmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musu[42]h (1574).[43]  Namun pada tahun 1575 M Tunisia dapat direbut kembali[44].

            12. Masa Pemerintahan Murad III (1574 – 1595 M)
Kerajaan Usmani pada masa Sultan Murad III berhasil menyerbu Kaukasus dan menguasai Tiflis di Laut Hitam (1577 M), merampas kembali Tabnz, ibu kota Safawi, menundukkan Georgia, mencampuri urusan dalam negeri Polandia, dan mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593 M. Namun kehidupan moral Sultan yang  jelek menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri.[45]
1          13.  Masa Pemerintahan Muhammad III (1595 – 1603 M)
Kekacauan ini makin menjadi-jadi dengan tampilnya Sultan Muhammad III yang membunuh semua saudara laki-lakinya berjumlah 19 orang dan menenggelamkan janda-janda ayahnya sejumlah 10 orang demi kepentingan pribadi. Dalam situasi yang kurang baik itu, Austria berhasil memukul Kerajaan Usmani.
             14. Masa Pemerintahan Ahmad I (1603 – 1617 M)
Sultan Ahmad I sempat bangkit untuk memperbaiki situasi dalam negeri, tetapi kejayaan Kerajaan Usmani di mata bangsa-bangsa Eropa sudah mulai memudar.

           15.   Masa Pemerintahan Mustafa I (1617 – 1623 M) dan Usman II (1618 – 1622 M)
Sesudah Sultan Ahmad I, situasi semakin memburuk dengan naiknya Mustafa I (masa pemerintahannya yang pertama (1617-1618 M) dan kedua, (1622-1623 M). Karena gejolak politik dalam negeri tidak bisa diatasinya, Syaikh al-Islam mengeluarkan fatwa agar ia turun dari tahta dan diganti oleh Usman II. Namun yang tersebut terakhir ini juga tidak mampu memperbaiki keadaan. Dalam situasi demikian bangsa Persia bangkit mengadakan perlawanan merebut wilayahnya kembali. Kerajaan Usmani sendiri tidak mampu berbuat banyak dan terpaksa melepaskan wilayah Persia tersebut.[46]
            
            16.  Masa Pemerintahan Murad IV (1623 – 1640 M)
Langkah-langkah perbaikan kerajaan mulai diusahakan oleh Sultan Murad IV. Pertama-tama ia mencoba menyusun dan menertibkan pemerintahan. Pasukan Jenissari’ yang pernah menumbangkan Usman II dapat dikuasainya. Akan tetapi, masa pemerintahannya berakhir sebelum ia berhasil menjernihkan situasi negara secara keseluruhan.[47]

            17.  Masa Pemerintahan Ibrahim (1640 – 1648 M)
Situasi politik yang sudah mulai membaik itu kembali merosot pada masa pemerintahan Ibrahim, karena ia termasuk orang yang lemah. Pada masanya ini orang-orang Venetia melakukan peperangan laut melawan dan berhasil mengusir orang-orang Turki Usmani dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M. Kekalahan itu membawa Muhammad Koprulu (berasal dari Kopru dekat Amasia di Asia Kecil) ke kedudukan sebagai wazir atau shadr al-a’zham (perdana menteri) yang diberi kekuasaan absolut. Ia berhasil mengembalikan peraturan dan mengkonsolidasikan stabilitas keuangan negara. Setelah Koprulu meninggal (1661 M), jabatannya dipegang oleh anaknya, Ibrahim.[48]
Ibrahim menyangka bahwa kekuatan militernya sudah pulih sama sekali. Karena itu, ia menyerbu Hongaria dan mengancam Vienna. Namun, perhitungan Ibrahim meleset, ia kalah dalam pertempuran itu secara berturut-turut. Pada masa-masa selanjutnya wilayah Turki Usmani yang luas itu sedikit demi sedikit terlepas dari kekuasaannya, direbut oleh negara-negara Eropa yang baru mulai bangun.[49]
Pada tahun 1699M terjadi “Perjanjian Karlowith” yang memaksa Sultan untuk menyerahkan seluruh Hongaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada Hapsburg; dan Hemenietz, Padolia, Ukraina, Morea, dan sebagian Dalmatia kepada orang-orang Venetia.[50]
            
            18.   Masa Pemerintahan Mustafa III (1757 – 1774 M)
Pada tahun 1770M, tentara Rusia mengalahkan armada kerajaan Usmani di sepanjang pantai Asia Kecil. Akan tetapi, tentara Rusia ini dapat dikalahkan kembali oleh Sultan Mustafa III yang segera dapat mengkonsolidasi kekuatannya.[51]

             19.  Masa Pemerintahan Abd al-Hamid (1774 – 1789 M)
Sultan Mustafa III diganti oleh saudaranya, Sultan Abd al-Hamid, seorang yang lemah. Tidak lama setelah naik tahta, di Kutchuk Kinarja ia mengadakan perjanjian yang dinamakan “Perjanjian Kinarja” dengan Catherine II dari Rusia. Isi perjanjian itu antara lain:[52]
·         Kerajaan Usmani harus menyerahkan benteng-benteng yang berada di Laut Hitam kepada Rusia dan memberi izin kepada armada Rusia untuk melintasi selat yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Putih.
·         Kerajaan Usmani mengakui kemerdekaan Kirman (Crimea).
Demikianlah proses kemunduran yang terjadi di Kerajaan Usmani selama dua abad lebih setelah ditinggal Sultan Sulaiman al-Qanuni. Satu persatu negeri-negeri di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan ini memerdekakan diri. Bukan hanya negeri-negeri di Eropa yang memang sedang mengalami kemajuan yang memberontak terhadap kekuasaan Kerajaan Usmani, tetapi juga beberapa daerah di Timur Tengah mencoba bangkit memberontak.[53]
Di Mesir, kelemahan-kelemanan Kerajaan Usmani membuat Mamalik bangkit kembali. Di bawah kepemimpinan Ali Bey, pada tahun 1770 M, Mamalik kembali berkuasa di Mesir, sampai datangnya Napoleon Bonaparte dari Perancis tahun 1798 M.[54]
Di Libanon dan Syria, Fakhral-Din, seorang pemimpin Dntze, berhasil menguasai Palestina, dan pada tahun 1610 M merampas Ba’albak dan mengancam Damaskus. Fakhr al-Din baru menyerah tahun 1635 M.[55]
Di Persia, Kerajaan Safawi ketika masih jaya beberapa kali mengadakan perlawanan terhadap Kerajaan Usmani dan beberapa kali pula ia keluar sebagai pemenang.[56]
Sementara itu, di Arabia bangkit kekuatan baru, yaitu aliansi antara pemimpin agama Muhammad ibn Abd al-Wahhab yang dikenal dengan gerakan Wahhabiyah dengan penguasa lokal Ibn Sa’ud. Mereka berhasil menguasai beberapa daerah di jazirah Arab dan sekitarnya di awal paruh kedua abad ke-18 M.[57]
Pemberontakan-pemberontakan banyak terjadi di Kerajaan Usmani ketika sedang mengalami kemunduran. Gerakan-gerakan seperti itu terus berlanjut hingga abad ke-19 dan ke-20 M. Kerajaan Usmani berakhir dengan berdirinya Republik Turki pada tahun 1924M.[58]
C.    Kebudayaan dan Peradaban pada Masa Turki Ustmani
             1. Kebudayaan Pada Masa Turki Ustmani
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan, diantaranya: kebudayaan Persia, bizantium, Arab.[59]
a.      Keagamaan
Pada masa ini, masyarakat digolongkan berdasarkan agama dan sangat terikat dengan syariat. Fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Ulama punya peran besar dalam kerajaan dan masyarakat. Ulama (mufti) sebagai pejabat urusan agama tertinggi.[60]
Selain tersebut tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang adalah tarekat bektasyi dan tarekat maulawi. Kedua tarekat ini dianut oleh kalangan sipil dan militer.[61]
Dipihak lain kajian-kajian ilmu keagamaan seperti fiqih, ilmu kalam, tafsir dan hadis boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Karena para penguasa lebih cenderung mengakkan satu paham keagamaan.[62]
b.      Ilmu Pengetahuan
Ajaran-ajaran tentang keilmuan kerajaan ini banyak mereka terima dari bangsa arab, seperti halnya munculnya gerakan wahabi yang diprakarsai oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Karangan beliau yang sangat berpengaruh yaitu at-tauhid, tafsir al-Fatihah, tafsir asy-syahadah wama’rifatullah dan lain-lain. Selain Muhammad bin Abdul Wahab juga ada nama-nama yang lahir pada masa ini:[63]
1.      Abdurrauf al manawi, beliau ahli hadis dan tasawuf. Salah satu karangannya adalah syarhul qamus, athabaqthussughra dan lain-lain.
2.      Burhanuddin al-Halabi, beliau adalah ulama pendukung madzhab hanafi. Kitabnya yang termasyhur adalah multaqa al-abhar fil furu’il fiqih hanafi.
3.      Najim al-Mishry, beliau pendukung madzhab Hanbali. Karangannya yang termasyhur jauharut Tauhid.
4.      Dan masih banyak ulama-ulama yang lahir pada masa ini.

c.       Seni dan Sastra
Dalam zaman kerajaan usmani ini merupakan zaman muram bagi kebudayaan islam karena tidak banyak yang harus dicatat tentang perkembangan seni budaya kecuali seni bahasa yang memang ada perkembangannya sekalipun tersandung-sandung. Seperti pada seni puisi, pada masa ini puisi mengalami kemunduran dan kelesuan. Kebanyakan para penyair hadir karena sastra hanya sebagai beo. Namun menurut catatan jarji zaidan dalam buku sejarah kebudayaan islam bahwa para penyair yang agak boleh diketengahkan dan agak menonjol sebanyak 49 orang.[64]
Contoh lain prosa juga patut diketengahkan antara lain; safinah nuh, uyunul akhbar dan lain-lain.[65]

              2.   Peradaban Pada masa Turki Ustmani
a.      Politik
Kerajaan usmani merupakan kerajaan yang membangun kerajaannya atas dasar aturan kemiliteran dan digunakan untuk melakukan ekspansi. Ekspansi inilah yang menjadi model seluruh perilaku politik, dan inilah yang menjadi ukuran kemajuannya.[66]
Kekuatan militer ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjata dengan eropa.[67]
Upaya-upaya yang dilakukan kerajaan turki usmani dalam hal kemiliteran terutama pada masa orkhan sangat bervariasi. Tidak hanya dalam bentuk mutasi personil-personil pimpinan, tetapi juga diadakan perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa non turki dimasukkan sebagai anggota bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana islam untuk dijadikan prajurit. Yaitu dengan membentuk kelompok militer menjadi tiga kelompok. Yang pertama kelompok militer jenissari atau inkisyariah dan kelompok militer thaujiah.[68]
b.      Ekonomi
Ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, kerajaan ini banyak menerima dari bangsa arab. Karena orang-orang turki usmani memang dikenal sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar.[69]
Kerajaan usmani mempunyai pandangan ekonomi, perekonomian warga penduduk yang mapan merupakan syarat utama bagi kelangsungan hidup rezim Usmani. Hal ini terlihat dari sejumlah penaklukan beberapa wilayah pada periode pertama yang bertujuan menguasai beberapa jalur perdagangan dan sumber produktif.[70]
D.    Factor-faktor yang Menyebabkan Kemunduran Kerajaan Usmani
Adapun Faktor-faktor yang Menyebabkan Kemunduran Kerajaan Usmani antara lain:[71]
1.                    1.  Kemerosotan kapasitas penguasa dan pejabat-pejabat pusat.
             2.  Terbentuknya sistem desentralisasi kekuasaan karena terhentinya kekuasaan ekspansi.
3.                    3.  Bangkitnya kekuatan Eropa.
             4.  Pemberontakan-pemberontakan internal kerajaan turki usmani.
             5.  Merosotnya Ekonomi.
             6.  Heterogenitas Penduduk dari berbagai wilayah yang menjadi kekuasaannya.
       7.  Stagnasi IPTEK


[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),129
[2] Ibid,129
[3] “Sejarah Peradaban Islam”, http://asharikeren.wordpress.com/2009/01/06/turki-usmani/, 06 Januari 2009, diakses tanggal 15 Mei 2011
[4] “Masa Pasca Turki Ustmani”, http://makalah-ibnu.blogspot.com/2008/10/masa-pasca-turki-usmani.html, 25 Oktober 2008, diakses tanggal 16 Mei 2011
[5] “Sejarah Peradaban Islam”, http://asharikeren.wordpress.com/2009/01/06/turki-usmani/, 06 Januari 2009, diakses tanggal 15 Mei 2011
[6] Ibid
[7] “Masa Pasca Turki Ustmani”, http://makalah-ibnu.blogspot.com/2008/10/masa-pasca-turki-usmani.html, 25 Oktober 2008, diakses tanggal 16 Mei 2011
[8] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 129
[9] “Sejarah Peradaban Islam”, http://asharikeren.wordpress.com/2009/01/06/turki-usmani/, 06 Januari 2009, diakses tanggal 15 Mei 2011
[10] Ibid
[11] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,130
[12] Ibid
[13] Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam. (Surabaya: Pustaka Islamika, 2003), 227
[14] Ibid
[15] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 130
[16] Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam, 228
[17] Ibid, 228
[18] “Kerajaan Turki Ustmani”, http://tulisdunia.blogspot.com/2009/09/kerajaan-turki-usmani.html, 29 September 2009, diakses 16 Mei 2011
[19] Ibid
[20] Ibid
[21] Ibid
[22] Ibid
[23] Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam., 228
[24] Ibid, 228
[25] Ibid, 228-229
[26] Ibid, 229
[27] Ibid, 229
[28] Ibid, 229
[29] Ibid,229
[30] Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam: Bagian kesatu & kedua. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1999), 478-479
[31] Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam, 229
[32] Ibid, 230
[33] Ibid, 230
[34] Harun Nasution, Islam Ditinjau dariberbaga Aspeknya. Jilid I, (Jakarta: UI Press, 1985, Cetakan kelima), 84
[35] “Kerajaan Turki Ustmani”, http://tulisdunia.blogspot.com/2009/09/kerajaan-turki-usmani.html, 29 September 2009, diakses 16 Mei 2011
[36] Ibid
[37] Ibid
[38] Ibid
[39] Ibid
[40] Ibid
[41] Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam,.231
[42] “makalah Sejarah Turki Usmani”, http://islamwiki.blogspot.com/2011/04/makalah-sejarah-turki-usmani.html, diakses tanggal 16 Mei 2011
[43] Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam, 231
[44] Ibid
[45] “makalah Sejarah Turki Usmani”, http://islamwiki.blogspot.com/2011/04/makalah-sejarah-turki-usmani.html, diakses tanggal 16 Mei 2011
[46] Ibid
[47] Ibid
[48] Ibid
[49] Ibid
[50] Ibid
[51] Ibid
[52] Ibid
[53] Ibid
[54] Ibid
[55] Ibid
[56] Ibid
[57] Ibid
[58] Ibid
[59] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 135.
[60] Ibid,136-137.
[61] Ibid
[62] Ibid
[63] A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1995), 395-396.
[64] Ibid, 403-404.
[65] Ibid, 405.
[66] Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam,.227-228.
[67] Ibid
[68] Ibid
[69] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 136.
[70] Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam: Bagian kesatu & kedua, 505.
[71] Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam., 236-237

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More